PERLU DIKEMBANGKAN
Arif Gosita SH yang berbicara
mengenai kecenderungan-kecenderungan relasi orang tua dan remaja
(KROR) menyatakan KROR positif merupakan faktor pendukung hubungan
orang tua dan remaja yang edukatif. Sedang yang
negatif merupakan faktor
yang tidak mendukung
Karena bersifat destruktif
dan konfrontatif.
Mengembangkan KROR yang positif,
menurut Arif Gosita
bukan hal yang mudah Karena barns menghadapi KROR negatif yang terus berkembang, akibat situasi dan kondisi
tertentu misalnya perubahan sosial.
Sementara itu Suwarniayati Sartomo berpendapat, remaja sebagai individu dan masa pancaroba mempunyai
penilaian yang belum mendalam terhadap norma, etika dan agama seperti halnya orang dewasa. Dari penelitian yang dilakukan diketahui, pada umumnya responden merasa tidak sepenuhnya bertanggung jawab terhadap
masalah kenakalan remaja.
Mereka menganggap tanggung jawab mengenai
masalah kenakalan remaja sepenuhnya berada di pihak yang berwajib.
Sedangkan Kakanwil Depdikbud DKI Jakarta Drs. E. Coldenhoff melihat pengembangan sekolah sebagai
masyarakat, perlu ditangani secara konprenhensif dan terpadu.
la juga berpendapat, jalur kurikuler dan ekstrakurikuler pada hakikatnya sating menunjang dalam pembentukan
kepribadian dan pengarahan pada remaja.
2. PEMUDA DAN IDENTITAS
Pemuda adalah suatu generasi
yang dipundaknya terbebani bermacammacam harapan, terutama
dari generasi lainnya.
Hal ini dapat dimengerti
Karena pemuda diharapkan sebagai generasi
penerus, generasi yang akan
melanjutkan perjuangan generasi
sebelumnya, generasi yang barns mengisi dan melangsungkan estafet pembangunan secara terns menerus.
Lebih menarik
lagi pada generasi
ini mempunyai permasalahanpermasalahan yang sangat bervariasi, di mana jika permasalahan ini tidak
dapat diatasi secara proporsional maka pemuda akan kehilangan fungsinya sebagai penerus pembangunan.
Disamping menghadapi berbagai permasalahan, pemuda memiliki potensipotensi yang melekat pada dirinya dan sangat penting artinya sebagai
sumber daya manusia.
Oleh Karena itu berbagai potensi
positif yang dimiliki
generasi muda ini barns digarap, dalam arti pengembangan dan pembinaannya
hendaknya barns sesuai
dengan asas, arah, dan tujuan
pengembangan dan pembinaan generasi
muda di dalam jalur-jalur pembinaan yang tepat serta senantiasa bertumpu pada strategi
pencapaian tujuan nasional
sebagaimana terkandung di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea
IV.
a. Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda
Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi
Muda ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0323/U/1978 tanggal
28 Oktober 1978. Maksud dari
Pola Pembinaan
dan Pengembangan Generasi Muda adalah
agar semua pihak yang turut serta dan berkepentingan dalam penanganannya benar-benar menggunakan sebagai
pedoman sehingga pelaksanaannya dapat terarah,
menyeluruh dan terpadu serta dapat mencapai sasaran
dan tujuan. yang dimaksud.
Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi
Muda disusun berlandaskan :
I) Landasan idiil : Pancasila
2) Landasan konstitusional : Undang-Undang Dasar
1945 ,
3) Landasan strategis : Garis-garis Besar
Haluan Negara
4) Landasan historis : Sumpah Pemuda Tahun 1928
dan
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
5) Landasan normatif : Etika, tata nilai dan tradisi luhur yang hidup
dalam masyarakat.
Motivasi dasar Pembinaan
dan Pengembangan Generasi
Muda bertumpu pada strategi pencapaian tujuan nasional, seperti
telah terkandung di dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea IV.
b. Masalah dan Potensi Generasi Muda
1) Permasalahan Generasi
Mada.
Berbagai permasalahan generasi muda yang muncul
pads saat ini antara
lain :
a) Dirasa menurunnya jiwa idealisme, patriotisme dan nasionalisme di
kalangan masyarakat termasuk
generasi muda.
b) Kekurang pastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa
depannya.
c) Belum seimbangnya antara
jumlah generasi muda dengan fasilitas
pendidikan yang tersedia,
baik yang formal maupun non formal. Tingginya jumlah putus sekolah yang diakibatkan oleh berbagai sebab yang bukan hanya merugikan generasi muda
sendiri, tetapi jugs merugikan seluruh bangsa.
d) Kurangnya lapangan
kerja/kesempatan kerja serta tingginya tingkat
pengangguran/setengah pengangguran di kalangan generasi
muda dan mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat menimbulkan berbagai problem sosial
lainnya.
2) Potensi-potensi Generasi Muda/Pemuda
Potensi-potensi yang terdapat
pada generasi muda perlu dikembangkan
adalah :
a) Idealisme dan daya kritis.
Secara sosiologis generasi muda belum
mapan dalam tatanan
yang ada, maka ia dapat melihat kekurangan-kekurangan dalam tatanan dan secara
wajar mampu mencari gagasan
baru.
Pengejawantahan idealisme
dan daya kritis
perlu untuk senantiasa
dilengkapi dengan landasan
rasa tanggung jawab
yang seimbang.
b) Dinamika dan kreatifitas.
Adanya idealisme pada generasi muda, maka generasi
muda memiliki potensi kedinamisan dan kreatifitas yakni kemampuan dan kesediaan untuk mengadakan pef ubahan, pembaharuan dan penyempurnaan kekurangankekurangan yang ada atau pun mengemukakan gagasan-gagasan/alternatif yang barn sama sekali.
c) Keberanian mengambil
resiko.
Perubahan dan
pembaharuan termasuk pembangunan, mengandung resiko dapat meleset, terhambat atau gagal. Namun mengambil resiko
itu adalah perlu jika kemajuan ingin diperoleh.
Generasi muda dapat
dilibatkan pada usaha-usaha yang mengandung resiko, kesiapan pengetahuan, perhitungandan keterampilandari generasi muda akan memberi kualitas
yang baik kepada
keberanian mengambil resiko.
d) Optimis dan kegairahan semangat.
Kegagalan tidak menyebabkan generasi muda patah semangat. Optimisme
dan kegairahan semangat
yang dimiliki generasi muda akan merupakan daya pendorong untuk mencoba
maju lagi.
e) Sikap kemandirian dan disiplin murni.
Generasi muda memiliki
keinginan untuk selalu mandiridalam sikapdan tindakannya.
Sikap kemandirian itu perlu dilengkapi dengan kesadaran disiplin murni pada dirinya,
agar dengan demikian
mereka dapat menyadari batas-batas yang wajar dan memiliki
tenggang rasa.
f) Terdidik
Walaupun dengan memperhitungkan faktor
putus sekolah, secara menyeluruh baik dalam arti kuantitatif maupun
dalam arti kualitatif generasi muda secara relatif
lebih terpelajar Karena lebih terbukanya kesempatan belajar dari generasi-generasi pendahulunya.
g) Keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan.
Keanekaragaman generasi
muda merupakan cermindari
keanekaragaman masyarakat kita. Keanekaragaman tersebut
dapat merupakan hambatan jika hal itu
dihayati secara sempit dan
ekslusif.
Tapi keanekaragaman masyarakat Indonesia dapat merupakan potensi dinamis dan kreatif
jika keanekaragaman itu ditempatkan dalam
rangka integrasi nasional yang didasarkan alas semangat dan jiwa Sumpah Pemuda tahun 1928 serta kesamaan semboyan
Bhineka Tunggal Ika. Sehinggadengandemikian merupakan somber yang kaya
untuk kemajuan bangsa itu sendiri. Untuk itu generasi
muda perlu didorong
untuk menampilkan potensinya yang terbaik dan diberi peran yang jelas
serta bertanggung jawab dalam menunjang pembangunan nasional.
h) Patriotisme dan nasionalisme.
Pemupukan rasa kebanggaan. kecintaan dan turut serta memiliki bangsa dan negara di kalangan generasi muda perlu lebih digalakkan, pada gilirannya akan mempertebal semangat pengabdian dan kesiapannya untuk membela dan mempertahankan bangsa dan negara dari segala bentuk ancaman. Dengan tekad dan semangat ini generasi muda perlu dilibatkan dalam setiap usaha dan pemantapan ketahanan dan pertahanan nasional.
i) Sikap kesatria.
Kemurnian idealisme, keberanian, semangat pengabdian dan pengorbanan
serta rasa tanggung jawab sosial
yang tinggi adalah unsur-unsur yang perlu dipupuk
dan dikembangkan terns menjadi sikap kesatria
di kalangan generasi muda Indonesia sebagai pembela dan penegak kebenaran
dan keadilan bagi masyarakat dan bangsa.
j) Kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi.
Generasi muda dapat berperan
secara berdaya guna dalam rangka pengembangan ilmu dan teknologi bila secara fungsional dapat dikembangkan sebagai
transf ormator dan dinamisator
terhadap
lingkungannya yang lebih terbelakang dalam ilmu dan pendidikan serta penerapan teknologi, baik yang maju, madya maupun yang sederhana.
Sosialisasi adalah
proses yang membatu
individu melalui belajar
dan penyesuaian diri, bagaimana bertindak dan berpikir
agar ia dapat
berperan dan berfungsi, baik sebagai individu
maupun sebagai anggota
masyarakat. Proses sosia lisasi
sebenarnya berawal dari dalam keluarga.
Tujuan pokok sosialisasi adalah
:
I ) Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan
bagi kehidnpan kelak di masyarakat.
2) Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampnannya.
3) Pengendalian fungsi-fungsi organik
yang dipela jari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
4) Bertingkah laku selaras
dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan masyarakat
umumnya.
Faktor lingkungan bagi pemuda
dalam proses sosialisasi memegang peranan penting, Karena dalam proses sosialisasi pemuda terns berlanjut
dengan segala daya imitasi dan identitasnya. Pengalaman demi pengalaman akan diperoleh pemuda dari lingkungan sekelilingnya. Lebih-lebih pada masa
peralihan dari masa muda menjelang
dewasa, di mana sering terjadi
konflik nilai, wadah pembinaan barns bersifat fleksibel, mampu dan mengerti
dalam membina pemuda barns mematikan jiwa mudanya yang penuh dengan
fasilitas hidup.
3. PERGURUAN DAN PENDIDIKAN.
A. MENGEMBANGKAN POTENSI
GENERASI MUDA
Jika pada abad ke 20 ini Planet Bumi dihuni oleh mayoritas penduduk berusia muda, dengan perkiraan berusia
17 tahunan, lento akan menimbulkan beberapa pertanyaan. Dua di antara deretan
pertanyaan yang muncul
adalah: Apakah generasi muda itu telah mendapat kesempatan mengenyam dunia pendidikan dan keterampilan sebagai modal utama bagi insan pembangunan?
Sampai di mana penyelenggaraan pendidikan formal dan non formal berperan bagi pembangnnan, terutama bagi negara-negara yang sedang berkembang?
Pada kenyataannya negara-negara sedang
berkembang masih banyak mendapat kesulitan
untuk penyelenggaraan pengembangan tenaga usia muda melalui pendidikan. Sehubungan dengan itu negara-negara sedang berkembang
merasakan selalu kekurangan tenaga terampil dalam mengisi lowonganlowongan pekerjaan
tertentu yang meminta tenaga kerja dengan keterampilan
khusus. Kekurangan tenaga terampil itu terasa manakala
negara-negara sedang berkembang merencanakan dan berambisi untuk mengembangkan dan memanfaatkan sumber-sumber alam yang mereka
miliki. Misalnya dalam eksplorasi dan eksploitasi sektor
pertambangan, baik yang berlokasi di darat maupun yang ada di lepas pantai.
Hal yang sama jugadirasakan manakala negara-negara sedang berkembang hernial untuk melaksanakan program-program industrialisasi yang menuntut tenaga-tenaga terampil berkualitas tinggi.
B. PENDIDIKAN DAN PERGURUAN
TINGGI.
Namun demikian
tidak dapat disangkal bahwa kualitas sumber
daya manusia merupakan faktor yang sangat menentukan dalam proses pembangunan.
Hal ini Karena manusia bukan semata-mats menjadi
obyek pembangunan, tetapi sekaligus juga merupakan subyek
pembangunan. Sebagai subyek pembangunan maka setiap
orang barns terlibat
secara aktif dalam proses pembangunan; sedangkan sebagai
obyek, maka basil
pembangunan tersebut harus bisa dinikmati
oleh setiap orang.
Disinilah terletak
arti penting dart pendidikan sebagai
upaya untuk terciptanya kualitas
sumber daya manusia,
sebagai prasarat utama
dalam pembangunan.
Suatu bangsa akan berhasil dalam pembangunannya secara ‘self propelling' dan tumbuh menjadi bangsa yang maju apabila telah berhasil memenuhi minimum
jumlah dan mutu (termasuk relevansi dengan pembangunan)
dalam pendidikan penduduknya. Modernisasi Jepang agaknya
merupakan
contoh prototipe dalam hubungan ini.
Indonesia demikian
pula menghadapi kenyataan
untuk melakukan usaha keras " mencerdaskan kehidupan
bangsa" . Dewasa ini sudah sekitar 80% dari usia Sekolah Dasar (6-12)
tahun dapat ditampung
oleh fasiltias pendidikan dasar yang ada. Persentase jumlah penduduk yang masih buts huruf
diperkirakan
sebagai 40%.
Tetapi masalah pendidikan bukan saja masalah pendidikan formal, tetapi pendidikan membentuk manusia-manusia membangun. Dan untuk itu
diperlukan kebijaksanaan terarah
dan ,terpadu di dalam menangani
masalah pendidikan ini. Rendahnya produktivitas rata-rata penduduk, banyaknya jumlah
pencari kerja, " Under utilized population" , kurangnya semangat kewiraswastaan, merupakan hal-hal yang memerlukan perhatian yang sungguhsungguh.
Sebab hal itu semua akan berarti
belum terlepasnya Indonesia
dari belenggu keterbelakangan dan kemiskinan
sebagaimana diharapkan pendidikan yang dapat mengembangkan semangat `.inner will peningkatan kemampuan diri dan bangsa" yang terpencar dalam pembangunan pendidikan mental, intelektuan dan profesional bagi seluruh penduduk
dan pemuda Indonesia
Sebagai satu bangsa
yang menetapkan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa
dan negara Indonesia, maka pendidikan nasional
yang dibutuhkan adalah pendidikan dengan dasar dan dengan tujuan menurut Pancasila. Dalam implementasinya,
pendidikan tersebut diarahkan
menjadi pendidikan pembangunan. Salli
pendidikan yang akan membina ketahanan hidup bangsa, baik secara fisik maupun
secara ideologis dan mental. Melalui pendidikan itu diharapkan bangsa Indonesia akan mampu membebaskan diri dari belenggu kemiskinan dan keterbelakangan. melalui suatu alternatif pembangunan yang lebih balk, serta menghargai kemajuan yang antara lain bercirikan perubahan yang berkesinambungan.
Untuk itu maka diperlukan adanya perubahan-perubahan secara mendasar dan mendalam yang menyangkut persepsi, konsepsi serta norma-norma
kependidikan
dalam kaitannya dengan cita-cita bermasyarakat Pancasila. Dalam hal ini kiranya pemerintah telah cukup berhasil
dalam menegakkan landasanlandasan ideal serta landasan
koseptual terhadap pembaharuan pendidikan menuju sistem pendidikan nasional
yang tepat arah dan tepatguna.
Bila dibandingkan dengan sektor-sektor pembangunan lainnya, sektor pendidikan termasuk sektor yang cukup pesat kemajuannya; kalau tidak dalam aspek kualitatif, sedikitnya dalam aspek kuantitatif, sektor tersebut
telah mencapai basil yang dapat dibanggakan. Pada saat ini bukan saja jumlah para
remaja yang dapat ditampung dalam pendidikan formal melonjak tinggi, tetapi
juga semakin besar jumlah dari mereka yang berkesempatan mendapatkan pendidikan non formal dengan
berbagai keahlian dan keterampilan. Tidak
berlebihan kiranya apabila
prestasi keseluruhan ini dinilai sebagai
suatu permulaan yang akan merupakan pra kondisi yang subur menuju terciptanya
satu masyarakat belajar
secara menyeluruhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar